Ketua MPR ke-15 Tekankan Pentingnya Pancasila sebagai Landasan Filosofis dan Ideologi Bangsa di Era Globalisasi
JAKARTA, PARLE.CO.ID — Anggota Komisi III DPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menegaskan bahwa ideologi Pancasila merupakan rasionalitas bangsa Indonesia. Menurutnya, untuk memahami Pancasila dalam kaitannya dengan ‘isme-isme’ modern, perlu kembali menelaah sejarah pemikiran dan filsafat.
“Ideologi adalah sistem ide yang identik dengan rasionalitas. Dalam konteks Pancasila, Soekarno menggali nilai-nilai kesadaran batin, jiwa, dan eksistensi bangsa Indonesia. Pancasila menjadi landasan filosofis yang mempersatukan keragaman suku, agama, ras, dan budaya di Indonesia,” ujar Bamsoet saat memberikan kuliah ‘Ideologi dan Isme-Isme Modern’ di Pascasarjana Program Studi Damai dan Resolusi Konflik, Universitas Pertahanan, Jakarta, Jumat (14/3/2025).
Pancasila dalam Perspektif Filsafat
Bamsoet menjelaskan bahwa konsep ideologi dalam filsafat memiliki makna mendalam. Menurut Plato, ‘idea’ bukan sekadar gambaran dalam akal budi, sedangkan ‘logos’ bukan ilmu seperti fisika atau matematika. Sementara itu, Descartes mengaitkan rasionalitas dengan kesadaran.
“Jika kita kaitkan dengan pandangan Plato dan Descartes, rasionalitas Soekarno dalam merumuskan Pancasila berasal dari kesadaran akan realitas hidup bangsa, kedalaman budaya, dan eksistensi diri bangsa ini,” jelas Bamsoet.
Pancasila sebagai Perekat Keragaman
Sebagai negara dengan lebih dari 1.300 suku bangsa dan 700 bahasa daerah, Indonesia membutuhkan ideologi yang kuat untuk mencegah perpecahan. Bamsoet menekankan bahwa Pancasila, dengan lima silanya, menawarkan nilai-nilai universal seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan Sosial.
“Pancasila menjadi panduan yang memungkinkan semua kelompok masyarakat merasa diakui dan dilindungi. Di era globalisasi, ancaman radikalisme dan intoleransi semakin menguat. Pancasila, khususnya sila pertama dan ketiga, menjadi benteng utama melawan paham-paham yang ingin memecah belah bangsa,” kata Bamsoet.
Pancasila dan Pembangunan Ekonomi Inklusif
Bamsoet juga menyoroti peran Pancasila dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjadi landasan kebijakan pemerintah seperti Program Kartu Prakerja dan Dana Desa.
“Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia turun menjadi 8,5% pada akhir 2024. Ini adalah bukti bahwa kebijakan berbasis nilai-nilai Pancasila berhasil mengurangi kesenjangan ekonomi,” urai Bamsoet.
Pancasila dan Pembangunan Berkelanjutan
Selain itu, Bamsoet menambahkan bahwa Pancasila juga mendorong pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan mengembangkan energi terbarukan sejalan dengan nilai kemanusiaan dan keadilan sosial dalam Pancasila.
“Di tengah arus globalisasi dan revolusi industri 4.0, Pancasila menjadi panduan bagi Indonesia untuk menjaga kedaulatan dan identitasnya. Nilai-nilai seperti gotong royong dan musyawarah mufakat membedakan kita dari individualisme dan kapitalisme yang dibawa globalisasi,” pungkas Bamsoet. (P-01)