JAKARTA, PARLE.CO.ID – Terbunuhnya Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) lalu, tidak akan mempengaruhi Hamas sebagai organisasi perlawanan Israel. Pasalnya, Hamas telah memiliki budaya organisasi dan sistem yang sudah berjalan.
Pendapat ini dikemukakan Director Asia Middle East Center for Research and Dialogue Muslim Imran berbicara dalam Gelora Talk bertajuk ‘Ismail Haniya, Hamas dan Masa Depan Perjuangan Palestina’, dikutip Kamis (8/8/2024).
Lebih lanjut Muslim mengatakan, pasca wafatnya Ismail Haniyeh, Hamas menunjuk pemimpin barunya, yakni Yahya Sinwar yang pernah menghabiskan hidupnya lebih dari 20 tahun di penjara Israel.
“Penujukkan Yahya Sinwar justru meningkatkan dukungan dari kekuatan-kekuatan yang ada di Palestina. Sementara Israel sekarang sedang mengalami stagnasi karena tidak mampu mengambil alih kondisi yang ada,” katanya.
Ia juga mengatakan bahwa saat ini ada pergeseran dinamika global akibat peristiwa genosida, dan perkembangan terakhir di Palestina yang telah mempengaruhi tatanan dunia.
“Kalau Israel hanya begitu-begitu saja,” pungkasnya.
Hal senada disampaikan Direktur Baitul Maqdis Institute Pizaro Gozali Idrus yang mengatakan, terbunuhnya Ismail Haniyeh tidak akan mengubah situasi perjuangan rakyat Palestina dalam memerangi penjajah Israel.
“Kalau kita lihat wafatnya Syekh Ahmad Yasin misalnya, tetap ada yang melanjutkan tongkat estafet perjuangan hingga Ismail Haniyeh gugur. Dan Hamas sekarang sudah menujuk Yahya Sinwar,” katanya.
Bahkan Pizaro berpendapat bahwa bandul perjuangan politik Hamas akan semakin menarik ke depannya, karena Yahya Sinwar merupakan orang lapangan yang mengetahui betul karakter Israel dan mempelajari bahasa Ibrani, karena pernah dipenjara selama 23 tahun di penjara negara zionis.
“Yahya Sinwar ini yang berhasil melakukan transformasi kelompok militer Hamas, hingga seperti sekarang dan berani melakukan serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Yahya Sinwar ini monster bagi Israel, mimpi buruk bagi Israel,” sebut dia.
Penunjukkan Yahya Sinwar sebagai pemimpin Hamas, menujukkan bahwa perjuangan Hamas ke depan, akan lebih fokus kepada kekuatan militer daripada diplomasi global seperti yang dilakukan Ismail Haniyeh selama ini, demikian Pizaro.
Diketahui, Ismail Haniyeh tewas di kediamannya di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2204) dini hari, saat berada di Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7/2024).
Berdasarkan hasil penyelidikan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Haniyeh tewas akibat dirudal. Rudal itu menargetkan kamar tempat Haniyeh menginap di wisma tempat menjamu tamu kenegaraan Iran.
Sejumlah negara pun mengecam keras pembunuhan Haniyeh, termasuk Iran. Negara-negara yang mengecam antara lain Irak, Suriah, Aljazair, Yordania, Oman, Yaman, Kuwait, Tunisia, Turki, Malaysia, Indonesia, Pakistan, Afghanistan, bahkan China dan Rusia. ***