GAZA CITY, PARLE.CO.ID – Kecaman internasional semakin meningkat setelah serangan udara Israel di Jalur Gaza yang menewaskan sedikitnya 404 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya, sekaligus melanggar perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari.
Menurut laporan yang dikutip Parle.co.id, pada Selasa (18/3/2025) gambar-gambar dari Gaza menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, yang rumahnya dibom pada malam hari.
Arab Saudi dan Qatar dengan tegas mengecam tindakan Israel. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyebut serangan tersebut sebagai “pemboman langsung terhadap area berpenduduk sipil tak bersenjata, tanpa sedikit pun menghormati hukum kemanusiaan internasional.”
Riyadh menyerukan penghentian segera kekerasan dan meminta komunitas internasional untuk turun tangan.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut serangan tersebut sebagai “tantangan terang-terangan terhadap kehendak internasional yang mendukung perdamaian” dan memperingatkan bahwa eskalasi Israel yang terus berlanjut dapat memicu ketidakstabilan regional yang lebih luas.
Kementerian Luar Negeri Mesir mendesak intervensi internasional segera guna mencegah eskalasi lebih lanjut serta meminta semua pihak mengizinkan mediator bekerja menuju gencatan senjata permanen.
“(Serangan ini) merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan eskalasi berbahaya yang dapat membawa konsekuensi serius bagi stabilitas kawasan,” demikian pernyataan Kwmmenlu Mesir.
Perdana Menteri (PM) Yordania, Jafar Hassan menyebut serangan udara ini sebagai “serangan terhadap kemanusiaan” dan meminta komunitas internasional untuk bertindak.
Kemenlu Yordania memperingatkan risiko meningkatnya ketegangan regional dan mendesak Israel untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS). Mereka juga menuntut pemulihan pasokan listrik ke Gaza serta pembukaan kembali perbatasan untuk bantuan kemanusiaan.
Sementara itu, Iran mengutuk keras serangan terbaru ini dan menyalahkan AS atas tindakan Israel. Sebagaimana disampaikan Juru bicara Kemenlu Iran, Esmaeil Baqae, menuduh Israel melakukan genosida dan pembersihan etnis, serta mendesak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk mengambil langkah serius terhadap Tel Aviv.
Tidak Dapat Diterima
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam percakapan telepon dengan Presiden Finlandia, Alexander Stubb, menyebut serangan ini sebagai “tidak dapat diterima.”
Erdogan mendesak komunitas internasional untuk bersikap tegas terhadap apa yang ia sebut sebagai “kebijakan genosida” Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serta menekankan perlunya segera memulihkan gencatan senjata.
Di Eropa, Spanyol juga mengecam serangan ini. Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, menggambarkan situasi di Gaza sebagai sesuatu yang tak terkatakan.
“Saya tak dapat menemukan kata-kata untuk menggambarkan situasi di Gaza. Kita harus berduka dan menolak gelombang kekerasan serta pemboman baru ini yang secara sembarangan menargetkan penduduk sipil,” katanya kepada penyiar Spanyol, Onda Cero.
Ia mengkritik Israel karena memutus bantuan kemanusiaan dan listrik ke Gaza, menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional.
Pemimpin partai Podemos Spanyol, Ione Belarra, menyerukan embargo senjata terhadap Israel, dengan alasan bahwa serangan tersebut merupakan tindakan genosida.
Cegah Bencana Kemanusiaan
Selain itu, baik China maupun Rusia menyerukan penahanan diri dan memperingatkan konsekuensi serius dari eskalasi yang terus berlangsung.
China menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi yang semakin memburuk, dengan juru bicara Kementerian Luar Negeri, Mao Ning, mendesak semua pihak untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar dan memastikan perjanjian gencatan senjata dihormati.
Rusia juga menyampaikan kekhawatiran atas memburuknya situasi, memperingatkan potensi “spiral eskalasi” di Gaza.
“Agresi terbaru ini, kembalinya ketegangan yang meningkat, inilah yang membuat kami khawatir,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan di Moskow.
Ia menambahkan bahwa Moskow sedang memantau konflik ini dengan cermat dan berharap ada solusi damai.
Sejak Oktober 2023, kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 48.500 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 112.000 orang lainnya.
Surat Perintah Penangkapan PM Israel
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap PM Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya di Gaza. ***