JAKARTA, PARLE.CO.ID — Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat melalui Yayasan Dharma Bakti Lestari, mengambil langkah besar dalam melestarikan warisan sejarah dengan mendukung pencetakan buku tentang Situs Purbakala Patiayam di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Buku ini diharapkan menjadi jembatan untuk mengenalkan kekayaan budaya dan sejarah situs tersebut kepada masyarakat luas.
Publikasi untuk Memperluas Jangkauan Pengetahuan
Sebagai bagian dari proyek pelestarian ini, Yayasan Dharma Bakti Lestari telah merilis e-Book yang berisi kesimpulan penelitian, yang kini dapat diakses oleh masyarakat. Versi lengkap buku tersebut juga telah selesai ditulis oleh tim ahli dan sedang dalam proses pencetakan sebanyak 100 eksemplar. Buku ini akan didistribusikan kepada instansi terkait untuk memperluas pengetahuan tentang Situs Patiayam.
“Kami berharap buku ini dapat menjadi rujukan penting dan membantu masyarakat memahami nilai sejarah Situs Patiayam,” ujar Lestari Moerdijat di Kudus, Senin (20/1/2025).
Kolaborasi Penelitian untuk Pelestarian Sejarah
Proyek ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus. Kepala Disbudpar, Mutrikah, mengapresiasi inisiatif ini karena membantu memperkaya wawasan masyarakat tentang kebudayaan masa lalu.
Sebagai langkah konkrit, Yayasan Dharma Bakti Lestari menggandeng tim peneliti dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) serta Center for Preshistory and Austronesian Studies (CPAS) Indonesia. Penelitian yang dilakukan mencakup survei lapangan, ekskavasi, dan analisis temuan fosil di situs yang diperkirakan berusia hampir satu juta tahun.
Temuan Berharga di Situs Patiayam
Penelitian ini mengungkap fosil-fosil berharga, termasuk sisa-sisa gajah purba elephas, seperti gading, rahang, gigi, tulang rusuk, tulang belakang, dan ruas tulang belakang yang masih utuh. Pakar arkeologi ternama, Prof. Dr. Truman Simanjuntak, yang sebelumnya juga melakukan penelitian di Patiayam pada 1980, kembali terlibat untuk memperkaya hasil studi ini. Penelitiannya sebelumnya menemukan dua jenis gajah purba, yaitu stegodon dan elephas.
Pendidikan dan Generasi Muda sebagai Pilar Pelestarian
Mutrikah menambahkan bahwa buku ini dapat menjadi panduan praktis bagi pemandu wisata untuk menjelaskan sejarah Situs Patiayam secara detail. Lebih jauh, ia berharap buku ini mampu memotivasi generasi muda untuk mendalami penelitian sejarah dan budaya lokal.
“Keterlibatan generasi muda sangat penting untuk menjaga dan melestarikan aset luar biasa seperti Situs Patiayam,” tegas Mutrikah.
Jejak Masa Lalu untuk Masa Depan
Hadirnya publikasi dan penelitian ini tidak hanya melestarikan Situs Patiayam sebagai warisan budaya, tetapi juga menjadi simbol upaya bersama dalam memahami sejarah kehidupan purba di Indonesia. Dengan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat, kekayaan sejarah ini dapat terus dikenang dan dikembangkan untuk masa depan.
Buku dan penelitian yang diinisiasi oleh Yayasan Dharma Bakti Lestari menjadi bukti nyata bahwa pelestarian warisan sejarah adalah tanggung jawab bersama. Langkah ini tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Situs Patiayam, tetapi juga membuka peluang baru bagi dunia pendidikan dan penelitian arkeologi di Indonesia. (P-01)