Hidayat Nur Wahid: Sinergi Antara Pesantren dan NGO akan Memperkuat Peran Pesantren dalam Isu Global dan Kemanusiaan
Pesantren Didorong Perkuat Peran Global Melalui Kolaborasi dengan NGO Palestina
JAKARTA, PARLE.CO.ID — Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengajak pesantren-pesantren di bawah naungan Majelis Pesantren Ma’had Dakwah Indonesia (MPDI) untuk terus memperkuat peran strategisnya dalam isu-isu global, khususnya isu kemanusiaan di Palestina. Ajakan ini disampaikan dalam pertemuan antara MPDI dan tiga lembaga swadaya masyarakat pro Palestina, yakni Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), dan Adara Relief Internasional, Jumat (11/4/2025) di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Hidayat menekankan bahwa sinergi antara pesantren dan NGO memiliki potensi besar dalam mencetak generasi emas yang tidak hanya unggul secara keilmuan, tapi juga memiliki kepedulian global dan komitmen terhadap isu-isu kemanusiaan.
Pesantren Sebagai Pilar Perjuangan Global
Hidayat Nur Wahid menyoroti pentingnya pesantren menjaga dan melanjutkan peran historisnya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan. Ia menyebut bahwa keterlibatan pesantren dalam isu Palestina bukanlah hal baru, melainkan kelanjutan dari tradisi para ulama terdahulu.
“Sejak tahun 1938, para kiai pesantren seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, dan KH Wahab Chasbullah sudah memfatwakan pentingnya mendukung perjuangan Palestina. Bahkan jauh sebelum Israel menjajah wilayah tersebut,” ungkap HNW.
Ia menambahkan bahwa dukungan tersebut tidak terbatas pada doa melalui Qunut Nazilah, tapi juga penggalangan dana. Menurutnya, pesantren hari ini harus berani melanjutkan jejak sejarah tersebut agar tetap menjadi bagian dari gerakan moral dan spiritual global.
Sinergi Strategis Pesantren dan NGO Pro Palestina
Pertemuan strategis yang digelar MPR RI tersebut menghadirkan perwakilan dari MPDI, KNRP, BSMI, dan Adara Relief Internasional. Diskusi berfokus pada penguatan koordinasi dan kolaborasi untuk kegiatan donasi dan penyaluran bantuan dari komunitas pesantren kepada rakyat Palestina.
Ketua Umum MPDI K.H. Ayi Abdul Rosyid mengungkapkan bahwa saat ini MPDI membawahi sekitar 216 pesantren di seluruh Indonesia. Selama ini, pesantren anggota MPDI telah mengumpulkan donasi secara mandiri melalui kegiatan lokal. Namun, ke depan, kolaborasi yang lebih intens dan terstruktur dengan NGO kemanusiaan akan dikembangkan.
“Kita ingin memperkuat koordinasi agar penyaluran bantuan lebih optimal dan transparan. Semangat para santri terhadap isu Palestina sangat besar dan perlu diarahkan dalam gerakan kolektif yang lebih terorganisir,” kata Abdul Rosyid.
Menghapus Ketakutan, Menumbuhkan Kepedulian
Hidayat juga menekankan bahwa keterlibatan pesantren dalam mendukung Palestina bukanlah tindakan yang harus dicurigai. Ia menolak anggapan bahwa aktivitas donasi atau kepedulian terhadap Palestina bisa dikaitkan dengan terorisme.
“Para kiai yang dahulu memfatwakan dukungan terhadap Palestina itu adalah Pahlawan Nasional. Maka, keterlibatan pesantren sekarang adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi dan peran sejarah mereka. Jangan sampai ada kekhawatiran atau stigma yang membuat pesantren enggan terlibat dalam misi kemanusiaan,” ujar HNW.
Ia mendorong agar pesantren dan santri menjadikan tokoh-tokoh besar seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah sebagai teladan. “Mereka ulama yang berilmu tinggi, berjiwa nasionalis, dan peduli pada isu global,” tegasnya.
Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Santri Berwawasan Global
Lebih jauh, Hidayat menegaskan bahwa penguatan sinergi pesantren dengan NGO pro Palestina merupakan bagian dari strategi menyongsong Indonesia Emas 2045. Menurutnya, dengan kolaborasi yang terbangun sejak dini, para santri bisa memiliki kapasitas tidak hanya dalam bidang agama, tapi juga dalam diplomasi kemanusiaan, jaringan global, dan kesadaran sejarah.
“Ketika para santri memahami kondisi di Gaza, dan ikut berinfak atau mendoakan, maka mereka juga sedang menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi modal penting untuk kepemimpinan Indonesia ke depan,” pungkas Hidayat Nur Wahid. (P-01)