Senin, 17 November, 2025
spot_img
More

    Berita Terkini

    Dolar AS Diprediksi Melemah Tajam hingga Level Pandemi pada 2026, Ini Kata Morgan Stanley

    JAKARTA, PARLE.CO.ID — Dolar Amerika Serikat diperkirakan akan merosot tajam hingga menyentuh level terendah sejak masa pandemi Covid-19, dipicu oleh pemotongan suku bunga dan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Prediksi ini disampaikan Morgan Stanley dalam laporan riset terbarunya, memperkirakan tren penurunan ini akan terjadi pada pertengahan tahun 2026.

    Dalam catatan pasar tertanggal 31 Mei, tim strategi Morgan Stanley yang dipimpin oleh Matthew Hornbach memperkirakan Indeks Dolar AS (DXY) akan turun sekitar 9 persen hingga mencapai level 91 dalam 12 bulan ke depan. Saat ini, dolar terus tertekan oleh meningkatnya ketidakpastian global, termasuk ketegangan perdagangan yang membebani posisi mata uang tersebut di pasar internasional.

    “Kami melihat pasar suku bunga dan valuta asing telah memulai tren besar yang akan bertahan lama—yakni penurunan signifikan dolar AS serta peningkatan tajam pada kemiringan kurva imbal hasil,” tulis Hornbach dan timnya dalam laporan yang dikutip, Senin (2/6/2025).

    Prediksi Morgan Stanley ini memperkuat pandangan sejumlah analis yang mulai meragukan prospek kekuatan dolar, terutama di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

    INFOGRAFIS: Tren Indeks Dolar AS (DXY) dalam Lima Tahun Terakhir

    • 2020 (Masa Pandemi): DXY sempat anjlok ke kisaran 90–91 akibat ketidakpastian global.
    • 2021–2022: Dolar menguat kembali, mencapai 104–114, didorong oleh kenaikan suku bunga The Fed.
    • 2023: DXY mulai melemah perlahan, berfluktuasi di kisaran 100–104.
    • 2024–Q2 2025: DXY turun ke bawah 104, dengan tekanan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga.
    • Prediksi 2026: DXY akan jatuh ke sekitar 91, menurut Morgan Stanley.

    Catatan: Indeks Dolar AS (DXY) mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, termasuk euro, yen, dan poundsterling.

    Faktor Pemicu Penurunan:

    • Ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh The Fed.
    • Perlambatan ekonomi global, khususnya di sektor manufaktur dan perdagangan.
    • Ketidakpastian geopolitik dan potensi perubahan arah kebijakan AS jika Donald Trump kembali berkuasa.

    Selain faktor makroekonomi, laporan ini juga menyinggung potensi ketidakstabilan kebijakan jika Donald Trump kembali memimpin Gedung Putih. Pendekatan Trump yang dikenal disruptif terhadap kebijakan perdagangan dinilai dapat memperbesar tekanan terhadap nilai tukar dolar.

    Di pasar derivatif, data menunjukkan posisi agregat bersih terhadap sepuluh pasangan mata uang utama menunjukkan tren bearish terhadap dolar AS, mencerminkan pandangan pasar yang semakin pesimistis.

    Dengan latar belakang tersebut, Morgan Stanley memperingatkan investor untuk mempersiapkan portofolio mereka menghadapi kemungkinan pelemahan signifikan dolar dalam satu tahun ke depan. ***

    Berita Terkini

    spot_imgspot_img

    Jangan Terlewatkan

    Tetap Terhubung

    Untuk mendapatkan informasi terkini tentang berita, penawaran, dan pengumuman khusus