JAKARTA, PARLE.CO.ID — Siti Hardijanti Rukmana, yang akrab disapa Mbak Tutut, merupakan salah satu tokoh senior Partai Golkar yang kiprahnya memberikan warna tersendiri dalam perjalanan sosial dan politik Indonesia.
Sebagai putri sulung Presiden ke-2 RI, Soeharto, ia meninggalkan jejak yang signifikan melalui berbagai inisiatifnya, terutama dalam membina generasi muda yang beriman dan mencintai tanah air.
Meskipun perjalanan politiknya tidak selalu mulus, semangat serta kontribusinya untuk menciptakan perubahan positif tetap menjadi warisan yang berharga.
1. Kiprah Sosial dan Inisiatif untuk Generasi Muda
Pada era 1980-an, Mbak Tutut mempelopori Kirab Remaja, sebuah gerakan yang bertujuan menanamkan rasa cinta tanah air di kalangan generasi muda. Program ini menjadi upaya strategis untuk memperkuat rasa kebangsaan dengan mengenalkan kekayaan budaya dan sejarah bangsa kepada remaja.
Selain itu, Mbak Tutut juga mendirikan organisasi Rohani Islam (Rohis). Organisasi ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk membangun iman dan moral berbasis nilai-nilai spiritual. Melalui ROHIS, ia memberikan perhatian khusus pada pembentukan karakter anak muda yang cerdas sekaligus berakhlak mulia. Hal ini menunjukkan kesadaran Mbak Tutut terhadap pentingnya pendidikan karakter sebagai fondasi individu yang berkualitas.
2. Kontribusi di Bidang Sosial dan Kemanusiaan
Keterlibatan Mbak Tutut dalam organisasi sosial semakin terlihat saat ia menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Pekerja Sosial Indonesia (HPSI) pada 1988. Di posisi ini, ia memimpin gerakan masyarakat untuk lebih peduli terhadap isu-isu kesejahteraan sosial, menjawab tantangan besar yang dihadapi bangsa saat itu.
Dedikasi kemanusiaannya semakin terlihat saat memimpin Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai Ketua Umum dari 1994 hingga 1999. Di bawah kepemimpinannya, PMI meningkatkan perannya dalam tanggap darurat dan bantuan kemanusiaan, khususnya pascabencana alam.
Selain itu, melalui Yayasan Dharmais yang didirikan pada 1976, Mbak Tutut melaksanakan berbagai program sosial. Salah satu program utamanya adalah operasi katarak gratis bagi masyarakat di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), yang telah memberi manfaat kepada lebih dari 140.000 orang.
3. Perjalanan Politik dan Pencapaian Karier
Sebagai bagian dari Partai Golkar, Mbak Tutut menjabat sebagai Anggota MPR RI Fraksi Golkar dari 1992 hingga 1998. Pada tahun 1998, ia diangkat menjadi Menteri Sosial dalam Kabinet Pembangunan VII, masa pemerintahan Presiden Soeharto terakhir. Di posisi ini, ia menunjukkan kepemimpinan yang tegas dan peduli pada isu-isu sosial di tengah dinamika politik yang memanas.
Setelah reformasi 1998 dan pengunduran diri Presiden Soeharto, Mbak Tutut memilih untuk menarik diri dari panggung politik. Keputusan ini mencerminkan kebijaksanaan dan kesadaran Mbak Tutut terhadap perubahan peta politik yang signifikan saat itu.
4. Warisan dan Harapan
Dalam syukuran ulang tahunnya yang ke-75, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyampaikan apresiasinya terhadap kontribusi Mbak Tutut. Bamsoet menggarisbawahi pentingnya peran Mbak Tutut dalam membangun bangsa, terutama melalui upaya membina generasi muda dan memperjuangkan isu-isu sosial. Ia juga mendoakan agar Mbak Tutut senantiasa diberi kesehatan dan kebahagiaan.
Kiprah Mbak Tutut menjadi teladan tentang bagaimana seorang pemimpin dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat melalui dedikasi sosial, pendidikan karakter, dan kepemimpinan politik. Warisannya menjadi inspirasi untuk generasi mendatang, bahwa semangat kebangsaan dan kepedulian sosial adalah modal penting dalam membangun Indonesia yang lebih baik. (P-01)